KANALMETRO, PAPUA – Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI, di Wilayah Adat Tabi, Jayapura, Papua, 24-30 Oktober 2022, resmi digelar. Dengan mengusung tema “Bersatu Pulihkan Kedaulatan Masyarakat Adat untuk Menjaga Identitas Kebangsaan Indonesia yang Beragam dan Tangguh Menghadapi Krisis”, ribuan masyarakat yang tersebar di seluruh nusantara berkumpul menyatukan visi dan misi di Bumi Cendrawasih.
KMAN VI yang diselenggarakan di Papua memastikan masyarakat adat nusantara menunjukkan diri masyarakat adat itu ada.
“Ki torang ada sampai hari ini. Masyarakat adat seluruh Indonesia sudah ada peta wilayah adat lebih dari dua puluh juta hektar, hampir semuanya sudah diterima oleh pemerintah, tapi belum ada pengakuan legalitas,” kata Sekretaris Jendral (Sekjen) AMAN, Rukka Sombolinggi, Senin (24/10), di Stadion Barnabas Youwe.
Ditambahkannya, masyarakat adat selama pandemi membuktikan diri bahwa wilayah adat yang masih mandiri, berdaulat dan bermartabat bisa terkontrol dan itulah wilayah paling teraman selama krisis pandemi.
“Seluruh kota-kota di wilayah Indonesia adalah tempat yang paling mengerikan selama pandemi. Begitu ada gelombang semuanya bersembunyi seperti keong yang masuk ke cangkangnya. Tetapi di wilayah-wilayah adat sebaliknya, kita menyaksikan masyarakat adat menjadi tempat yang aman dan nyaman. Kita panen, menanam, kita produksi obat-obatan, kita kasi makanan kita yang lebih dari cukup kepada orang-orang disekitar kita,” ujarnya.
Menurutnya, didapati juga ada masyarakat adat tidak beruntung selama Covid-19 karena wilayah adatnya sudah dihabisi oleh sawit, tambang dan kota-kota besar disekitarnya.
“Masyarakat adat yang sudah menjadi pekerja sawit, pekerja tambang tidak menjadi sejahtera selama pandemi. Nasibnya sama dengan orang-orang yang ada di kota,” ungkapnya.
“Artinya keuntungan kita sebagai masyarakat adat ditentukan oleh wilayah adat,” lanjutnya.
Rukka mengatakan, selama pandemi masyarakat adat menciptakan pengusaha-pengusaha muda. “Ini karena anak muda masyarakat adat sudah pulang ke kampung menanam padi dan berternak karena sudah terlatih di sekolah adat. Selama pandemi perempuan dan pemuda adat menunjukkan diri menciptakan ketahanan pangan,” tandasnya.