KANALMETRO, TOMOHON – Lewat program Pemberdayaan Kemintraan Masyarakat (PKM) FMIPA Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT), mendorong sejumlah ibu yang tergabung dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) di Kelurahan Tumatangtang, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon untuk dapat memjadikan Eco Enzyme sebagai dasar menjadi berbagai bahan bermanfaat.
Salah satunya dijadikan bahan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari seperti sabun. Namun tentunya itu bertujuan pula untuk pula menjadikan bahan yang bernilai ekonomis.

“Kenapa kami memilih UP2K ini karena Tomohon merupakan salah satu daerah penghasil sayuran dan buahan, hal itu juga membuat terjadinya peningkatan sampah organik dari bahan – bahan tersebut,” kata Reky Royke Palandi.
Oleh karena itu pertama yang kami lakukan adalah mendorong para ibu – ibu untuk memanfaatkan sampah organik tersebuut untuk dijadikan Eco Enzyme. Karena hal tersebut juga merupakan salah satu upaya menjaga lingkungan dengan cara mengelolah sampah.
Nah setelah sampah – sampah tersebut berhasil diolah menjadi Eco Enzyme. Selanjutnya diajarkan kepada para ibu – ibu tersebut memproduksi berbagai barang bermanfaat dengan bahan dasar Eco Enzyme seperti sabun organik.

“Intinya mereka sudah ikut serta menjaga lingkungan dengan cara mengelolah sampah. Akhirnya bisa menghasilkan produk yang bermafaat untuk kebutuhan seharian, bahkan bernilai ekonomis sehingga menambah pendapatan dalam keluarga,” kata Dia.
Dia menjelaskan bahwa karena masih minimnya pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam upaya pengelolaan sehingga menghasilkan sebuah produk. Maka dilakukan beberapa langkah untuk menunjang hal tersebut, diantaranya sosialisasi, pelatihan, pendampingan dalam proses produksi hingga mengevaluasi atas apa yang telah dilakukan.

“Tentunya apa yang dilakukan hingga menghasilkan sebuah produk tidak langsung begitu saja sesuai standar BPOM, melainkan semua membutuhkan proses. Diantaranya Waktu yang cukup panjang yakni sekitar delapan bulan lamannya, agar apa yang diharapkan tercapai,” tambah Reky Royke Palandi.
Bahkan dalam upaya produksi yang dilakukan dibawah pendampingan tim, mereka mampu menghasilkan sabun organik sekitar 150 pcs per hari. Dan itu sudah menggunakan berbagai alat penunjang yang disiapkan khusus tim seperti untuk pengelolaan sampah menjadi Eco Enzyme, pembuatan sabun hingga pemotongan dan pengemasan. Bahkan hingga proses pemasaran pun ikut diajarkan dan didampingi.

“Berbagai alat penunjang sangat penting untuk mendorong percepatan dan mempermudah proses produksi,” tambah Dia, Jumat 4 Oktober 2024.
Dia juga mengatakan dalam berbagai proses itu, pelaksanaan program tersebut melibatkan sejumlah akademisi/dosen maupun mahasiswa dari UKIT. Sehingga terbentuk tim yang solid, sambil mengajarkan para mahasiswa bagimana melakukan upaya pendampingan serta pemberdayaan terhadap masyarakat.
Mereka pun berharap kedepan UP2K tersebut bisa terus melakukan upaya tersebut dan bahkan mengajarkan kepada lebih banyak orang agar lingkungan terjaga dengan mengolah sampah menjadi hal-hal bermanfaat serta meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Harapan kami kedepan bukan saja mampu menghasilkan sabun organik namun bahan atau barang lain yang bermanfaat serta bernilai ekonomis,” pungkasnya sembari mengatakan bahwa pendanaan program tersebut berasal dari Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) serta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi. (adv)