KANALMETRO, SULUT – Perayaan Imlek 2576 Kongzili Nasional tahun 2025 di Sutan Raja Hotel Minahasa Utara (Minut) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Minggu 9 Februari 2025 berlangsung dengan meriah.
“Perayaan Imlek Nasional kali diadakan menjadi tiga titik yaitu Sulut, Jakarta dan Samarinda. Jadwal yang seharusnya bersamaan secara hybrid.,” kata Ketua Panitia Perayaan Imlek Nasional, Heintje Lintong ulyang juga merupakan ketua Majelis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN) Manado.
Wali Kota Manado, Andrei Angouw memberikan pesan berkaitan dengan tema kegiatan Perilaku Lurus Pemimpin, akan Meluruskan Hati Seluruh Rakyat.
“Kita semua itu pemimpin, jadi masyarakat jangan salah mengartikan. Paling tidak kita punya keluarga yang juga kita pimpin. Jadi pemimpin bukan hanya Presiden atau Walikota, kehidupan benegara itu dimulai dari keluarga yang merupakan shelter terkecil dari keluarga,” kata Andrei Angouw.
Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sulut, Ulyas Taha mengapresiasi kegiatan ini dan peranan umat agama Konghucu bagi negara.
“Hari ini juga merupakan hari ke 25 tahun agama Khonghucu diterima sebagai menjadi agama resmi di Indonesia. Pengakuan terhadap agama oleh negara menandakan bahwa kehidupan keberagamaan di Indonesia semakin baik. Ini tentu harapan dari Gus Dur dulu sebagai Presiden yang menetapkan Konghucu sebagai agama resmi dengn harapan kontribusi masyarakat yang beragam Konghucu menjadi maksimal,” ujar Dia.
Dalam perayaan Imlek Nasional ini pula, umat Konghucu di Sulawesi Utara mendapatkan perhatian dari Kemenag Sulut dengan diterimanya formasi penyuluh pendidikan agama.
“Kemenag wajib memberikan pelayanan bukan sebatas memberikan pembinaan. Karena pembinaan itu untuk semua agama, tetapi pelayanan itu dimana juga memberikan fasilitas prasarana maupun sumber daya manusianya. Sulut diupayakan sembilan penyuluh agama Konghucu, tetapi yang mendaftar hanya tujuh,” pungkas Dia.
Dalam acara ini turut dimeriahkan dengan atraksi barongsai, musik oriental, penampilan dari para Pemuda Agama Konghucu Indonesia Manado.
Editor: Roni Sepang