TOMOHON – Seorang berjiwa Nasionalisme tinggi dengan latar belakang sebagai pekerja seni yang kemudian mendapat kepercayaan memegang tampuk kepemimpinan dalam pemerintahan yakni sebagai Gubernur Jakarta itulah sosok Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau lebih akrab disapa Henk.
Untuk mengenangnya bertetapan 100 tahun kelahiran lelaki berdarah Kota Tomohon yang lahir di Bogor 1 Maret 1921. Maka kisah Henk dituangkan dalam sebuah buku bertajuk Nasionalisme dalam seni dan pemerintahan ‘A tribute to Henk Ngantung’.
Peluncuran ini dilaksanakan persis di rumah tempat Henk tumbuh dan berkembang sejak usia belia. Tepatnya di rumah Huize Esther yang kini ditempati Jorry Ngantung-Najoan sebagai keponakan dari Henk di Kelurahan Matani Dua, Tomohon Tengah, pasa Senin(1/3) kemarin.
Judie Turambi sebagai penulis buku menjelaskan lewat buku ini menjelaskan secara umum apa yang selama ini belum sempat terangkat. Seperti masih ada saksi sejarah Annie Montolalu (77) kisaran usia empat tahun sempat menjadi model lukisan Henk.
“Perlu dikenang karya dan jasanya terlebih dalam seni lukis. Nama besar Henk Ngantung sementara diperjuangkan sebagai pahlawan nasional,” jelas Turambi.
Bahkan dikatakannya akan diupayakan menjadi nama jalan di kompleks Patung Tololiu hingga perbatasan Tomohon -Minahasa yang meliputi Matani Satu, Matani Dua dan Matani Tiga.
“Sprit sebuah karya yang ditulis dalam buku, tidak akan ada gunanya apabila tidak dipublikasikan. Nilai sejarah di sini wajib diteruskan terkait Henk Ngantung belum lagi prestasi lainnya, karena berkaitan dengan nasionalisme Minahasa,” tukas Akademisi sejarah yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi Ivan Kaunang.
Dosen yang masuk tim kajian tokoh sejarah Sulut ini menambahkan banyak generasi muda terlebih Tomohon kurang mengenal akan sosok ini. Padahal banyak prestasi yang ditorehkan Henk.
“Bukti sejarah sudah banyak dan jelas layak diperjuangkan sebagai pahlawan nasional, data terkait itu tinggal adminsitrasi. Sejauh ini kita lihat apakah sudah ada jalan Henk Ngantung di Sulut, juga rumah bersejarah ini layak dilestarikan sebagai aset Cagar Budaya karena memiliki nilai historis,” pungkasnya.(zakaria)