KANALMETRO, TOMOHON – 2 perempuan asal Kota Tomohon angkat bicara soal Toxic Relationship dalam moment peringatan Hari Kartini, Jumat (21/4/2023).
Kedua perempuan yang bicara soal Toxic Relationship yakni Virginia Kemur yang merupakan Putri Tomohon tahun 2023 dan Psikolog Klinis, Jeniver Mantouw.
Dalam diskusi yang juga disiarkan live via instagram ini, dua perempuan ini menjelaskan kepada para audiens apa itu Toxic Relationship yang didefinisikan suatu hubungan yang mana menyebabkan suatu dampak tak sehat entah bagi fisik maupun bagi kondisi mental seseorang.
Virginia Kemur yang memandu doskusintersebut menuturkan terangkatnya topik ini dilatarbelakangi dengan fenomena kasus yang sedang viral di media sosial juga sebagai upaya menekan angka kekerasan terhadap perempuan.
“Dari catatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sebanyak 25.050 perempuan menjadi korban kekerasan di Indonesia sepanjang 2022. Jumlah tersebut meningkat 15,2% dari tahun sebelumnya. Selain itu, untuk pasangan menikah banyak kasus yang berujung pada perceraian akibat kekerasan,” terang Kemur.
Perempuan lulusan UKSW Salatiga Program Studi Public Relation Fakultas Teknik dan Infromatika ini menambahkan menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022.
“Angka ini meningkat 15,31 persen dibandingkan tahun 2021.Penyebab perceraian terbanyak berikutnya karena faktor ekonomi, yakni sebanyak 110.939 kasus (24,75 persen). Lalu, diikuti karena faktor meninggalkan salah satu pihak sebanyak 39.359 kasus (8,78 persen), kekerasandalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 4.972 kasus (1,1 persen), dan mabuk 1.781 kasus (0,39 persen),” urai Wanita berrambut lurus ini.
Untuk itu dirinya berpesan milikilah keberanian untuk keluar dari toxic relationship tersebut.
“Mengapa masih ada Toxic Relationship, menurut saya karena kurangnya kepercayaan diri. Memperingati hari Kartini kita harus sadar sebagai perempuan hebat, sehingga memiliki keberanian untuk keluar dari tekanan yang diakibatkan karena hubugnan yang toxic ini,” harap perempuan berusia 22 tahun tersebut.
Sementara itu Psikolog Klinis Jeniver Mantow menjelaskan iri-ciri hubungan toxic, kalau lelaki mulai melakukan kekerasan verbal, fisik hingga semisal tidak mendukung pasangan wanitanya dalam hal untuk mengejar cita-cita terlebih dahulu, hal kecilnya seperti mau menggunakan pakaian apa, mau keluar dengan siapa dalam kata lain cemburu yang berlebihan.
“Dampaknya ketika dalam keadaan tertekan bisa saja korbannya dalam hal ini prempuan kerap tidak jujur, atau stres sehingga mengganggu,” terang Mantow.
Magister Profesi Psikolog klinis dari S2 Universitas Kristen Maranatha Bandung ini menjelaskan penyebab Toxic Relationship ini biasanya terjadi apabila pelaku ada pengalaman buruk sebelumnya, sehingga menjadi kebiasaan bagi pelaku. Bisa juga pelaku ini tidak memiliki kepercayaan diri sehingga saat pelaku stres akhirnya dia melampiaskan ke pasangan.
“Secara teori dari kami psikologi, susahnya keluar dari Toxic Relationship itu karena ada siklus, ada fase biasanya pelaku ini sering melancarkan love boombing, untuk permintaan maaf seperti memberikan hadiah, sesudah itu ada masa tenang sehingga hubungannya adem ayem, dan kembali lagi ke situasi ada pertengkaran akhirnya terjadi lag,” jelas
Psikolog Puspaga Kementerian P3A ini mengajak para perempuan-perempuan di Sulut terlebih Tomohon terlebih yang mengikuti live instagram tips untuk yang saat ini baik sadar atau tidak berada di Toxic Relationship,
Secepatnya mencari support system, terbuka dengan orang terdekat, apalagi kalau sudah mengalami penganiayaan. “Regulasi emosi sangat penting untuk menjadi salah satu langkah antisipatif Toxic Relationship. Karena pengaruhnya terhadap korban bisa mengintervensi kesehatan mental,” harapnya.